Selasa, 26 Mei 2009

Pilot yang Banting Setir



Onno Boots, Regional Managing Director TNT Asia Tenggara dan India


“Pilot adalah hidup saya. Tak ada pekerjaan lain yang saya senangi selain pilot.” Demikian Onno Boots, Regional Managing Director TNT untuk wilayah Asia Tenggara dan India mengawali wawancaranya. Boots adalah lulusan sekolah pilot namun karena sifatnya yang senang berkelana membuat cita-citanya sebagai pilot tak berumur lama. Jiwa mudanya yang ingin mencoba profesi lain. Setelah memutuskan berhenti sebagai pilot Boots bekerja di perusahaan kargo yang kemudian diakuisisi TNT. Saat bergabung dengan TNT, Boots adalah karyawan termuda. Usianya menginjak 24 tahun, lelaki yang ambisius dan pekerja keras ini sudah memegang posisi sebagai depot general manager TNT di Amsterdam. Ketika ditantang bosnya untuk memegang TNT di tiga negara yakni Belgia, Belanda, Luxemburg Boots tak bergeming. Ia mengambil tantangan itu dan membuktikan, TNT di tangannya menjadi perusahaan penyedia jasa layanan pengiriman terdepan. Sukses di pasar Eropa, Boots melirik Asia sebagai target pasar TNT selanjutnya. Asia menurutnya memiliki prospek pasar yang bisa diandalkan. Seumpama manusia, Asia adalah remaja yang baru tumbuh berkembang. Memiliki potensi besar jika pasar digarap dengan baik. Berikut wawancara Kustiah dengan Boots beberapa waktu lalu.

Sudah berapa lama Anda bergabung dengan TNT?


Dua puluh satu tahun. Umur saya saat ini 44 tahun. Ini berarti hampir separuh perjalanan hidup saya habiskan bekerja di TNT. Awal karir saya sebagai seorang pilot. Setelah lulus sekolah penerbangan saya meniti karir untuk menjadi seorang pilot. Sepertinya profesi pilot akan menjadi jalan hidup saya. Suatu hari berfikir tentang profesi lain. Sepertinya setelah bertahun-tahun menjalani profesi tersebut ternyata saya tidak menikmati profesi sebagai pilot. Lalu saya memutuskan keluar dari profesi ini. Namun tetap masih berkaitan dengan masalah airlines. Saya memutuskan untuk bekerja pada Carolux Airlines International yang kemudian diakuisisi oleh TNT. Di sinilah saya mulai bergabung dengan TNT. Saat itu usia saya masih muda dengan pengalaman di industri yang masih terkait dengan jasa pengiriman.

Kenapa Anda memilih Asia untuk mengembangkan TNT?


Begini. Saya melihat Asia adalah pasar besar yang potensial dan mempunyai masa depan. Karena itu saya mengajukan permintaan ke atasan saya untuk diberi tugas menggarap pasar Asia. Saya memandang Asia adalah pasar nyata yang akan memberikan keuntungan bisnis besar. Kita lihat Amerika Serikat di masa lalu adalah Negara yang mendominasi kekuatan ekonomi dunia. Dan sampai saat ini masih memiliki kekuatan ekonomi yang cukup signifikan. Tapi saya yakin Asia di masa yang akan datang juga memiliki ekonomi yang kuat.

Tantangan apa yang Anda dapatkan selama bekerja di TNT?


Pertama bergabung dengan TNT saya mendapat posisi sebagai depot general manager di Amsterdam. Bertugas mengelola gudang atau loko depot di Amsterdam. Lalu bos saya menantang saya untuk menjadi director sales marketing di Belanda, Luxemburg, Belgia. Saya tak kuasa menolaknya dan selama empat tahun saya menjalani posisi itu. Posisi ini nampaknya tidak membuat saya puas. Sampai suatu hari saya melihat bos saya yang menjabat sebagai country managing director. Seperti diri saya tertantang untuk menjabat posisi tersebut. Jujur saya akui bahwa saya adalah lelaki yang penuh ambisi dan selalu mengejar posisi yang menantang. Melihat jabatan country managing director saya berfikir bahwa saya pasti bisa mendapatkannya. Usia saya masih muda dan punya kemampuan untuk menggapai masa depan. Saya hanya membutuhkan waktu untuk bisa seperti dia. Akan saya buktikan bahwa suatu hari saya akan berada di posisi itu. Karena itu saya memutuskan untuk tidak hanya di Amsterdam dan bergabung dengan bos saya di divisi kantor pusat di Belanda supaya bisa membangun relasi bisnis di lingkup internasional. Selama 18 tahun saya di posisi ini sebelum akhirnya ke kantor pusat TNT wilayah Asia di Singapura pada tahun 2007. Bergabung bersama divisi kantor pusat di Belanda selama hampir 18 menurut saya sudah cukup untuk mengembangkan pengalaman di luar Eropa. Delapan tahun sebelum datang ke Asia saya menjabat sebagai direktur global account management yang bertanggung jawab dalam mengawasi pertumbuhan global account TNT di seluruh dunia seperti IBM, Siemen, Nokia, Lenovo.

Anda optimis target pertumbuhan TNT tahun ini 20% bisa tercapai sekalipun krisis masih terasa hingga saat ini?


Anda tahu TNT adalah perusahaan jasa pelayanan pengiriman. Kalau anda paham anatomi bisnisnya perusahaan yang bergerak di jasa pengiriman biasanya tidak terlalu menghadapi kendala berarti sekalipun krisis global menerpa hampir seluruh negara. Kami juga telah membuat berbagai skenario alternatif untuk menghadapi berbagai kemungkinan. Tentu perbaikan di sana-sini juga harus dilakukan. Seperti bagaimana meningkatkan perbaikan pelayanan ke konsumen. Selalu merespons keluhan konsumen dan segera mencari solusi tepat. Hal seperti ini yang kita lakukan guna mengembangkan bisnis jasa.

Langkah apa saja yang dilakukan TNT untuk menghadapi krisis global?

TNT adalah perusahaan terdepan di bidang jasa pelayanan pengiriman di Eropa. TNT telah memiliki jaringan di Eropa. Kita sendiri pun telah memiliki truk, mengoperasikan Boeing 747-400 ke Asia sejak Juli tahun lalu. Selain itu TNT juga memiliki strategi bagus untuk menghadapi krisis. Dengan meminimalkan ongkos pengiriman. Dan tetap fokus pada perbaikan pelayanan pelanggan. Yang terpenting adalah perbaikan pelayanan selalu dilakukan sehingga pasar kita akan terus meningkat. Krisis global tidak akan berdampak signifikan terhadap bisnis jasa pelayanan pengiriman barang selama masih ada perputaran bisnis di masyarakat.

Bagaimana dengan pasar di Negara Asia?


Asia memiliki populasi yang paling besar. Kita bisa lihat China dan India. Dua negara ini adalah negara yang memiliki populasi penduduk paling banyak. Dengan perkembangan yang terjadi saya yakin Asia berpeluang besar. Untuk saat ini mungkin masih menjadi negara berkembang, namun dengan berbagai perbaikan dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi saya melihat potensi negara Asia tak akan kalah dengan negara Eropa.Jadi saya begitu yakin dengan perkembangan bisnis di Asia. Kalau di Eropa market-nya sudah dewasa, sementara pasar di Asia dalam tahap pertumbuhan. Tahun lalu TNT tumbuh sebanyak 25 persen di Asia. Meskipun tidak semua pasar asia bagus. China, misalnya, merupakan negara Asia yang paling jeblok pasarnya bagi TNT. China memiliki populasi penduduk yang paling tinggi di Asia. Namun kebijakan ekonomi pemerintahan China yang mengekspor sebanyak 95 persen barang produksinya, tak banyak menggunakan jasa pelayanan pengiriman kami. Hasil produksi pabrik di China banyak yang diekspor ke negara barat. Hasil produksi pabrik di China di waktu lalu dinilai berbagai negara memiliki kualitas buruk. Hal itu mengakibatkan permintaan menurun dan pabrik menghentikan produksinya. Buruh-buruh pabrik banyak kehilangan pekerjaan akibatnya pendapatan juga terhenti. Itu yang membuat pasar TNT di China tidak berjalan baik.

Bagaimana dengan pasar Indonesia?


Indonesia merupakan pasar yang paling prospektif di Asia. Di Indonesia TNT mengalami pertumbuhan lebih cepat ketimbang negara lain yakni sekitar 26-27 persen. Untuk saat ini masih Indonesia yang memiliki pasar dengan pertumbuhan paling cepat ketimbang negara Asia lainnya. Karenanya kami berani menambah investasi kami tahun ini sebesar
US$100 juta. Kita akan melakukan investasi berangsur-angsur. Dengan investasi sebesar itu, TNT berharap perputaran uang juga terjadi di Indonesia. Secara otomatis masyarakat Indonesia akan ikut merasakan perputaran investasi kami. Selain kapital kami juga ikut membantu mengurangi pengangguran di Indonesia.. TNT Indonesia memiliki karyawan sebanyak 600 orang di seluruh Indonesia.. Memberikan pelatihan agar sumber daya manusia (SDM) Indonesia meningkat. Kita memiliki bisnis yang prospektif dengan manajemen yang bagus. Harapan saya adalah TNT di Indonesia dapat mengimplementasikan strateginya dengan baik. Karena kita sudah mempersiapkan bisnis ini dengan baik. Jadi saya tak perlu khawatir jika TNT di Indonesia akan bangkrut.

Apakah krisis kali ini merupakan pengalaman pertama dalam karier Anda selama bergabung dengan TNT?

Tidak. Sebelumnya saya pernah mengalami masa krisis. Pertama kali dalam karier saya di TNT yakni krisis Eropa di tahun 1980-an. Hanya saja krisis Eropa waktu itu dan krisis saat ini berbeda. Kalau krisis Eropa saat itu permintaan TNT tidak ada, padahal keuangannya sangat siap. Sedangkan krisis yang terjadi saat ini adalah permintaan melimpah, namun karena krisis global mendera kondisi keuangan masyarakat menurun. Namun TNT tetap optimistis bahwa krisis ini tidak akan berlangsung lama dan akan kembali tumbuh. Tanda-tandanya mulai kelihatan sekarang.

Korban Intervensi Politik

Krisis Bank Sentral Islandia (Dimuat di Majalah Stabilitas, Edisi 39/Februari 2009)

Kustiah

Tahun-tahun sebelumnya Islandia adalah negara yang telah menikmati pertumbuhan ekonomi dan sistem perbankan yang berkembang pesat. Masyarakat hampir tak menemui kendala berarti.
Pada 2007, Islandia masuk urutan paling atas dalam Indeks Pembangunan Manusia yang dikeluarkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Islandia juga dinobatkan sebagai salah satu dari 10 negara dengan indeks ekonomi terbaik oleh Fraser Institut dan Heritage Foundation. Cato Istitute, lembaga donor nirlaba yang ada di Washington DC bahkan memuji Islandia sebagai negara yang berhasil menerapkan swastanisasi perbankan, biaya cukai rendah bagi pemodal, pengurangan belanja negara, inflasi terkendalo, kebebasan bank sentral, dan kurs devisa bebas.

Islandia juga terkenal sebagai negara paling sukses dalam mengembangkan produk keuangan offshore dengan mengandalkan suku bunga tinggi dan regulasi yang yang longgar. Salah satu penggerak perekonomian Islandia adalah turisme. Turisme yang dikembangkan adalah kelautan dengan perburuan ikan paus dan lumba-lumba yang sangat terkenal. Padahal kegiatan ini sangat dilarang oleh dunia internasional maupun Eropa. Namun nampaknya Islandia, yang juga angggota Uni Eropa, tak menggubrisnya. “Untuk negara kecil, Islandia penuh dengan kontradiktif” tulis The Economist edisi 22 Januari 2009.

Tapi nampaknya krisis global membawa cerita lain tentang perekonomian negara yang baru merdeka dari Denmark pada 1944 ini. Kejayaan perekonomian dan perbankan Islandia tidak lagi berada di posisi puncak. Terpaan badai krisis ekonomi yang hampir melanda sebagian besar negara belahan dunia menyeret perekonomian Islandia ke jurang kehancuran. Longgarnya regulasi di sektor keuangan dan tingginya suku bunga bank membuat negara ini begitu ringkih dalam menghadang badai krisis. “
Islandia yang mempunyai penduduk sebesar 320 ribu ini adalah negara pertama yang menyatakan bangkrut selama krisis keuangan global 2008. Pemerintahannya gagal melakukan penyelamatan (bailout) terhadap tiga bank terkemuka miliknya. Ketiga bank tersebut memiliki utang luar negeri sebanyak USD60 miliar, enam kali lipat dari pengeluran tahunan Islandia.

Pemerintah meminta bantuan Dana Moneter Internasional (IMF) serta negara-negara lain sebesar USD10 miliar untuk mengurangi kepailitan tersebut. Namun sekalipun tak keberatan dengan jumlah itu, nampaknya IMF mempunyai pesan dibalik pinjaman itu. IMF, seperti yang ditulis The Telegraph.com 19 November 2008, meminta agar pemerintah Islandia menggabungkan bank sentral dengan otoritas keuangan. Beban warga Islandia semakin bertambah berat, pinjaman dalam euro dan dollar harus dikembalikan sementara mata uang nasional krona terjun bebas.

Sebelum krisis menghantam, kisruh kepemimpinan lebih dulu mengawali gonjang-ganjing Islandia. Geir Haarde, Perdana Menteri Islandia yang juga Ketua Partai Independen, akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya pada 1 Februari 2009. Perekonomian Islandia semakin tak menentu ketika David Oddsson, Gubernur Bank Sentral Islandia (Lansbanki) dipecat. Gubernur bank sentral yang juga merupakan mantan perdana menteri Islandia itu diduga menjadi salah satu pemain kunci yang membuat perekonomian Islandia terjungkal.

Sekadar mengingatkan sebelum menjabat sebagai perdana menteri menggantikan Halldor Asgrimsson tahun 2006 lalu, Haarde adalah seorang ekonom Bank Sentral. Sedang Odsson adalah mantan perdana menteri dan menteri luar negeri yang menjabat sebagai gubernur bank sentral.
Meski tak sepenuhnya benar, karena struktur perekonomian Islandia yang bersandar pada industri keuangan yang begitu tergantung pada pasar keuangan dunia, namun David Oddson dinilai punya peran penting dalam meliberalkan bank sentral. Bahkan saat di bawah kekuasaanyalah Bank Sentral Islandia menjadi begitu liberal dalam menentukan suku bunga. Hal ini terlihat dengan suku bunga bank sentral yang tidak pernah di bawah dua digit sejak April 2006.

Kebijakan moneter yang membiarkan suku bunga tinggi mendorong tingkat inflasi tinggi pula. Lihat saja angka inflasi Islandia yang sejak pertengahan 2004 selalau di atas angka target inflasi (2,2%). Sejak itu angka inflasi tersebut selalu membumbung naik terus. Sekalipun sempat mengalami penurunan pada pertengahan Juni 2007 mencapai 3% namun menanjak kembali dengan tajam hingga mencapai 16,7% pada November 2008.
Di Islandia jabatan gubernur bank sentral seperti menjadi “komoditi“ politik yang dinilai strategis. Pergantian gubernur bank sentral dan perdana menteri silih berganti. Jabatan gubernur bank sentral kerap diisi mantan perdana menteri begitu juga jabatan perdana menteri seringkali disi oleh mantan gubernur bank sentral. Gubernur bank sentral kerap diberhentikan oleh perdana menteri yang notabenenya sering orang separtai. Ini menandakan bahwa bank sentral menjadi komoditi politik penguasa. Akibatnya bank sentral tidak independen terhadap kepentingan pemerintah. Namun secara hukum hal ini dibenarkan karena peraturan (undang-undang) di Islandia memang membolehkan gubernur bank sentral diberhentikan oleh perdana menteri.

Berbagai laporan menunjukkan bahwa independensi bank sentral berkaitan dengan tingkat inflasi dan perekonomian bangsa. Nagara yang mempunyai bank sentral independen relitif lebih bisa mengkontrol inflasi dalam jangka panjang. Salah satu kajian yang terkenal adalah yang dilakukan oleh Cukerman pada 2004. Menurutnya, secara teoritis tuntutan independensi bank sentral terkait dengan bias dalam menilai inflasi oleh pengendali moneter. Hal ini dikarenakan kebijakan moneter tidak berada di satu tangan. Selain secara teoritis Cukerman juga melihat secara empiris. Dalam kenyataanya kemelut politik sering berujung pada mundurnya (dimundurkan) gubernur bank sentral. Tugas-tugas pengendalian moneter dan harmonisasi kebijakan ekonomi dengan pemerintah pasti terganggu. Karenanya agar guncangan politik tak menggangu kinerja ekonomi maka salah satu caranya ada;ah dengan membuat bank sentral menjadi independen.

Dalam kaitan dengan Bank Sentral Islandia, pemecatan Oddson tak lepas dari intervensi politik Johanna Sigudardottir, Perdana Menteri Islandia pengganti Haarde. Dalam pernyataannya di televisi Islandia Rikisutvarpio (RUV) Oddsson menuding Perdana Menteri Johanna sengaja ingin menjatuhkan jabatannya demi kelangsungan kekuasaan Johanna. Menurut Oddsson, usahanya sudah maksimal dalam menjaga perekonomian islandia agar tidak terpuruk lebih dalam. Sebagai gubernur bank sentral ia telah memperingatkan pada akhir musim semi 2007 agar pemerintah dan bank komersial lain untuk mengerem hasrat bisnisnya dan menurunkan kebutuhan mereka sebanyak-banyaknya.

Jalan Panjang Landsbanki

Kustiah

Parlemen Islandia mengesahkan Undang-Undang Perbankan No 5 Tahun 2009 hasil amandemen dari Undang-Undang Perbankan No 36 Tahun 2001 bulan lalu (26/2). Undang-undang perbankan terbaru ini mengatur penunjukan satu gubernur bank sentral sementara dan satu deputi gubernur bank sentral sementara. Amandemen ini sebagai tindakan atas pemecatan David Oddsson dari jabatannya sebagai gubernur bank sentral Islandia. Keputusan kebijakan moneter bank sentral akan diambil alih oleh Komite Kebijakan Moneter. Namun ini masih menjadi perdebatan, versi lain menyebutkan direksi bank akan diambil oleh gubernur bank sentral.

Bulan Mei 2001, Undang-undang Perbankan dibuat. Isi utama yang terkandung dalam undang-undang baru ini adalah “Kebijakan moneter dilakukan hanya untuk membuat harga tetap stabil. Dengan persetujuan Perdana Menteri, bank sentral memiliki otoritas untuk mengadopsi target inflasi sebagai kerangka untuk melakukan kebijakan moneter. Inflasi ditargetkan terjadi di bulan Maret 27 tahun 2001 melalui deklarasi oleh bank sentral dengan pemerintah. Dengan Undang-undang, bank senntral akan mempromosikan program lainnya, seperti sebuah sistem keuangan yang aman dan efisien, termasuk sistem pembayaran, atau tugas lainnya yang berkaitan dengan bank sentral.

Otoritas membuat kebijakan moneter adalah hak dewan yang terdiri dari tiga gubernur bank sentral. Mereka akan ditunjuk oleh perdana menteri selama tujuh tahun dan kemungkinan akan dilakukan pengangkatan kembali untuk kedua kalinya.
Terlepas dari kontroversi di atas Undang-undang perbankan terbaru akan menghapus dewan gubernur bank sentral Islandia bersamaan dengan tiga dewan gubernur dan pimpinan dewan gubernur. Dalam Undang-undang terbaru juga menyatakan tentang penunjukan Svein Harald Oygard sebagi gubernur sementara dan ArnĂ³r Sighvatsson sebagai ketua ekonom bank sentral sementara.

Islandia memiliki sejarah panjang terkait kebanksentralannya. Perkembangan sistem keuangan Islandia tidak lepas dari evolusi ekonomi dan politik masyarakat miskin kota dari ketergantungan terhadap Danish Crown. Pemerintah berinisiatif mengembangkan perbankan Islandia. Bank pertama yang didirikan adalah Landsbanki Islands (Bank Nasional Islandia di tahun 1885. Bank mulai menerima pemodal dengan surat-surat berharga yang bebas ditukar ke Danish Crowns. Bank kedua, Islandsbanki (Bank Islandia) adalah perusahaan pribadi dengan Danish Crowns sebagai investornya.

Pengembangan bisnis bank dimulai tahun 1904 dan dioperasikan di bawah lembaga istimewa yang memperbolehkan pembayaran utang dengan emas. Setelah menjadi negara kedaulatan di tahun 1918, politikus menentang pinjaman bank ke luar negeri.
Kebijakan moneter tidak berjalan lancar setelah perang terjadi. Landsbanki menawarkan utang pada tahun 1927, sama halnya bank komersial dengan penguasaan pasar (market share) lebih dari separuh deposito di bank. Langkah penting yang diambil untuk mengubah situasi di tahun 1951 ketika pos-pos keuangan dibekukan dan dilikuidasi.

Tahun 1961 langkah akhir diambil untuk menentukan otonomisasi Landsbanki sebagai bank sentral. Pada tahun inilah perbankaan Islandia berkembang. Bank sentral Islandia didirikan di bawah Undang-undang Parlemen pada bulan April 1961.
Dengan hasil keputusan menunjuk dewan gubernur dengan tiga anggota untuk mengendalikan bnak sentral Islandia. Alpingi (parlemen Islandia) juga memilih tujuh dewan pengawas.

Meski secara formal independen bank sentral tetap membutuhkan payung hukum untuk mendukung kebijakan ekonomi.pemerintah. Hal ini dimaksudkan karena bank waktu itu tidak dapat keputusan untuk membuat perubahan penting seperti menurunkan suku bunga, yang biasanya dilakukan oleh pemerintah.

Selama enam puluh tahun tidak ada masalah berat yang muncul saat bank dan pemerintah berkoordinasi. Perubahan terjadi saat inflasi di tahun 70-an, dimulai dengan krisis minyak, dan kebijakan moneter semakin menambah ketegangan. Tingkat bunga, melalui kebijakan pemerintah, adalah upaya untuk menjaga inflasi yang berangsur turun.
Perubahan radikal dalam kebijakan moneter tidak diambil sampai 1981 ketika langkah pertama diambil untuk meregulasi suku bunga. Dua tahun kemudian,1986, Undang-undag Perbankan direvisi, menghilankan peran bank untuk melakukan regulasi suku bunga bank komersial dan bank tempat menabung. Undang-undang Perbankan tahun 1986 semakin menguatkan posisi Inpektorat Perbankan Bank Sentrla, departemen pengawas yang juga bertanggung jawab melakukan pengawasan terhadap institusi keuangan non-perbankan.