Jumat, 06 Maret 2009

Amerika Pasca-Bush

(Great Powers: America and the World After Bush)

Oleh: Kustiah

Apa yang terjadi setelah Bush tak lagi menjabat sebagai presiden? Apakah Amerika akan tetap dingin terhadap negara-negara lain di dunia atau sebaliknya?
Setelah pelantikan Barrack Hussain Obama sebagai presiden Amerika 20 Januari lalu, banyak masyarakat dunia baik sahabat maupun musuh Amerika menaruh harapan besar. Harapan akan terciptanya kedamaian dunia dan kebijakan Amerika yang berpihak pada kepentingan dunia.

Pemerintahan Bush memang tak hanya meninggalkan setitik nila bagi negaranya dan negara-negara lainnya. Tapi juga telah meresahkan masyarakat luas terkait pilihan dan keputusannya yang kontroversial.

Tengok saja peristiwa Irak. Pasukan Amerika dikerahkan dan intimidasi tak henti-hentinya dilakukan untuk membuat Saddam mengaku dan jera. Dan keputusan diambil, Saddam harus segera dipenggal dengan alasan telah menyimpan senjata pemusnah massal yang membahayakan dan pada rezimnya telah melakukan pembunuhan massal.

Peristiwa lainnya adalah tuduhan Amerika terhadap Iran tentang nuklir. Amerika khawatir Iran telah menyimpan dan mengembangkan teknologi nuklir.
Ahmadinejad, presiden Iran yang dikenal teguh dengan prinsip dan ideologinya ini keukeh menyatakan, bahwa Iran memiliki hak untuk mengatur negaranya sendiri tanpa campur tangan Amerika.

Kasus Irak adalah salah satu dari lusinan persoalan yang sedang dihadapi pemerintahan Bush. Namun terlepas dari semua itu, invasi AS ke Irak lebih membahayakan perdamaian dunia dan stabilitas global daripada program nuklir Iran. Bahkan perekonomian Amerika yang semakin terpuruk lebih mengkhawatirkan masyarakat Amerika sendiri.

Bush dikenal manusia bertangan besi. Dia mengadopsi ideologi ayahnya, Goege Bush, “bergabung menjadi kawan atau lawan”, menerapkan kebijakan yang banyak tidak menguntungkan negara dunia ketimbang menguntungkan.

Great Powers: America and the World After Bush, buah karya Thomas PM Barnett
memberikan analisisnya yang berani tentang pemerintahan Bush.
Analis Amerikanis ini dikenal sebagai orang yang optimistis.
Meski negara luas telah mengecam berbagai kebijakan Bush, baginya tak ada yang tak bisa dibenahi.
Penggabungan yang luar biasa tentang globalisasi dan segala tantangan yang akan dihadapi pasca-Bush membuat buku ini menarik untuk dibaca.

Barnett punya alasan, bahwa selama Amerika mau belajar dari masa lampau, tidak mungkin negara superpower ini tidak kembali berjaya dan menjadi kiblat dunia.

“Kita adalah simbol manusia modern,” kata Barnett dalam bukunya tantang apa yang seharusnya kita lakukan dalam menghadapi era globalisai. Ia mengevaluasi kegagalan pemerintahan Bush, menawarkan preskripsi untuk membenahi atau melakukan pembelaan bahwa sampai saat ini Amerika tidak melakukan sesuatu apa pun yang benar dan membiarkan semua ide menguap.

Bab pertama buku ini Batnett memulainya dengan celaan “The Seven Deadly Sins of Bush-Cheney”. Dan pembaca akan lebih terpikat lagi dengan ide brilian Barnett pada bab-bab selanjutnya.
Barnett juga menyarankan tak ada salahnya Amerika berkaca dan belajar dari kesuksesan China dalam menghadapi krisis dan mendongkarak sistem perekonomiannya yang pernah terpuruk. Maka, kita tunggu perubahan apa yang akan terjadi pasca-pemerintahan Bush.

Tidak ada komentar: