Selasa, 02 Februari 2010

Hati-hati dengan Produk Murah

Kualitas produk dari luar tak selalu bagus. Jika tidak hati-hati memilih kesehatan menjadi taruhannya.

Sejak penandatanganan perjanjian perdagangan bebas (FTA) antara negara-negara ASEAN dengan China pada tahun 2001 dan mulai efektif 1 Januari 2010, kita telah tak asing dengan produk-produk negeri naga yang membanjir di pasaran. Pada saat itu pula pedagang yang biasa memasarkan produk lokal harus bersaing ketat dengan produk China.

Di sepanjang stasiun Jakarta- Bogor, pasar tradisisonal, dan mal-mal tampak produk-produk China berjubel. Sebut saja salah satunya jeruk santang. Sementara untuk produk lainnya ada perabot rumah tangga berupa mangkuk, piring, gelas, sendok dan masih banyak lagi, serta mainan anak-anak.
Negara dengan populasi terbesar di dunia ini memang dikenal sektor industrinya lebih cepat maju dan dikenal tak mudah menyerah. Produknya tak hanya terlihat di pasar Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Selain barang-barang yang dijual murah, produk China juga kreatif dan variatif. Jadi jika pertimbangan membeli produk adalah harga, maka produk China akan memberikan solusinya.

Namun tunggu dulu! Jangan mudah terkecoh harga. Meski tak perlu merogoh kocek cukup dalam, pembeli dituntut mewaspadai mutu yang ditawarkan.
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan membeli. Apakah produk tersebut aman dan sehat bagi keluarga?
Membeli buah jeruk santang yang berasal dari China misalnya. Sebagai konsumen kita perlu memperhatikan apakah buah yang akan kita beli tersebut masih segar atau tidak. Apakah vitaminnya yang terkandung didalamnya masih baik atau tidak? Jangan sampai kita hanya membeli ampasnya.
Tidak jarang tampilan mengelabui. Tampak jauh warna jeruk begitu menggoda, kuning tajam dan segar. Namun jika diperhatikan lebih dekat dan dipegang, jeruk terlihat layu dan gembos. Bisa saja kondisi buah yang demikian karena dipengaruhi lamanya jeruk dalam perjalanan, yang otomatis perlu suhu dingin atau es untuk menjaga supaya buah tetap segar dan tidak rusak. Padahal jika buah terlalu lama di dalam freezer kesegaran dan kandungan vitamin buah bisa rusak.

Ini baru buah, masih ada produk-produk dari China lainnya yang masih perlu diwaspadai.
Tentu kita masih ingat dengan peristiwa di mana banyak bayi yang teracuni karena susu yang diminum mengandung bahan kimia berupa melamin di atas ambang batas. Tak hanya keracunan, beberapa bayi dinyatakan kesehatannya turun drastis dan meninggal dunia.

Berdasarkan berita yang dilangsir Assosiated Press beberapa waktu lalu mengatakan bahwa kepolisian China telah menutup beberapa pabrik susu di Shanghai. Polisi menemukan bukti adanya bahan kimia berlebih dalam produk susu. Pabrik-pabrik tersebut langsung ditutup dan beberapa direksinya ditangkap.

Maka tak heran jika Amerika dan beberapa negara lainnya menolak produk dari China karena dianggap berbahaya bagi kesehatan anak.

Melamin biasanya digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan plastik dan pupuk. Namun, produsen susu di Shanghai menggunakannya sebagai bahan pengencer susu. Tujuannya satu, dengan cara begitu produsen dapat meraup keuntungan berlipat-lipat dari semestinya.

Maka periksa terlebih dulu seberapa bermutukah produk yang akan kita beli. Karena murah bukan jaminan sebuah produk memiliki mutu yang bagus.
Semestinya Pemerintahan China menjadikan peristiwa di tahun 2008 yang menelan korban beberapa nyawa bayi dan puluhan bayi mengalami gangguan kesehatan sebagai sebuah tamparan. Apalagi China bertekad memperluas pangsa pasarnya di tahun ini dengan dibukanya perjanjian Perdagangan Bebas.
“Orientasi China pada FTA dengan negara-negara ASEAN kali ini adalah memperluas ekspor seluas-luasnya,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofyan Wanandi.
Jadi, jika industri yang memasokkan produknya tidak memperhatikan faktor mutu dan kesehatan konsumennya, maka bukan tak mungkin negara-negara lain seperti Indonesia akan berbalik arah meninggalkan produknya. Sementara itu, selain adanya upaya perbaikan dari pemerintah China, pemerintah Indonesia seharusnya juga melakukan pengawasan lebih ketat terhadap produk-produk yang masuk. Karena masyarakat yang akan menjadi konsumsinya tak perlu menggadaikan kesehatannya untuk sebuah produk
yang lebih murah. Kustiah

Tidak ada komentar: